Review The Witcher 3, Pecinta game harus Coba!
Sebuah perasaan lega yang mungkin tidak akan dipahami oleh mereka yang awam, inilah yang mungkin dirasakan oleh sebagian besar gamer dengan The Witcher 3: Wild Hunt saat ini. Bagaimana tidak? Menjadi salah satu game RPG yang paling diantisipasi sejak tahun 2014 silam, ia terus memperlihatkan daya tarik yang sulit untuk diabaikan begitu saja. Sebuah game open-world RPG dengan segudang quest, tingkat kesulitan tinggi, visual yang indah, dan beragam monster dengan desain keren untuk diburu. CD Projekt Red memang terlihat ambisius dan tidak setengah-setengah, ini memastikan bahwa ini merupakan proyek game terbaik yang pernah mereka ciptakan. Sebuah ambisi yang harus diakui, terbayarkan dengan sangat manis.
Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu sudah mendapatkan sedikit gambaran soal daya tarik The Witcher 3: Wild Hunt sendiri. CD Projekt membangun sebuah dunia dengan atmosfer yang luar biasa, dipadukan dengan mekanisme gameplay yang kompleks, dan cerita solid yang dibangun sebagai pondasi. Kesan pertama yang ia munculkan akan membuat gamer pencinta genre ini jatuh hati sejak pandangan pertama. Bahkan cukup untuk menarik kelompok gamer yang menghindari RPG untuk setidaknya menjajal dan merasakan pengalaman seperti apa yang membuat hype game ini tidak lagi terbendung. Konten ratusan jam dengan voice acts dan plot yang dibangun serius menunggu untuk diselesaikan.
Dari permukaan, The Witcher 3 adalah sebuah game RPG impian yang terlihat begitu sempurna. Lantas, bagaimana dengan keseluruhan pengalaman yang ia tawarkan? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah game RPG tiada banding? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Melanjutkan kisah dari The Witcher 2 dengan dunia yang mulai berubah sejak aksinya yang terakhir, Geralt of Rivia – sang Witcher yang kisah perjalanannya mengalun lewat alunan musik para Bard dari seluruh penjuru The Continent – akhirnya memutuskan untuk mulai menyelesaikan konflik personalnya sendiri. Kembalinya ingatan yang sempat hilang membuat Geralt mengingat sosok wanita yang tak bisa ia lupakan begitu saja – Yennefer. Namun di atas semuanya, ia secara konsisten mendapatkan mimpi buruk soal datangnya Wild Hunt. Rombongan pasukan misterius dengan armor berwarna hitam, yang kedatangannya cukup untuk membekukan dan membunuh nafas hidup apapun yang berada di dekat mereka.Terlepas dari kisah cinta mereka, Geralt sebagai seorang Witcher dan Yennefer sebagai seorang Sorceress tidak pernah bisa memiliki anak. Kekuatan besar yang mereka miliki berujung pada konsekuensi yang menyedihkan – bahwa mereka tidak subur. Namun kerinduan mereka untuk “membangun” keluarga bisa terobati lewat sosok Ciri. Seperti yang bisa diprediksi, cerita ini tidak berakhir bahagia. Ciri menghilang untuk waktu yang begitu lama dan sulit untuk ditemukan kembali. Kompleksitas masa lalu membuat Geralt yakin bahwa Ciri adalah target utama yang berusaha diburu oleh Wild Hunt. Baginya, tidak ada yang lebih penting, selain menemukan “anak” yang begitu ia sayangi ini.
Perjalanan Geralt ini membuatnya melintasi Northern Kingdom yang posisinya terus terdesak karena invasi pasukan dari Selatan – Nilfgaard. Di tengah ketidakpastian politik dan kehidupan sosial yang kacau, penuh dengan prasangka rasis dan ketakutan akan monster-monster yang terus berkeliaran dan mengancam, Geralt menempuh “misi suci” personalnya ini.
Mampukah ia bertemu dengan Ciri di perjalanan ini? Ancaman seperti apa saja yang harus ia hadapi selama proses tersebut? Siapa pula Wild Hunt dan mengapa mereka begitu tertarik dengan sosok Ciri? Semua jawaban dari pertanyaan ini bisa Anda dapatkan dengan memainkan The Witcher 3: Wild Hunt ini!
Sebagian besar dari Anda mungkin langsung melompat ke The Witcher 3: Wild Hunt tanpa memainkan kedua seri sebelumnya. Apakah Anda tetap bisa menikmatinya? Jawaban kami secara pasti, menjawab iya. Anda hanya perlu sedikit melakukan research untuk memahami latar belakang masing-masing karakter, walaupun Anda juga bisa belajar sedikit dari interaksi di dalam game. Asingnya Anda terhadap latar belakang yang dibangun di The Witcher dan The Witcher 2 tidak akan menghalangi sama sekali keasyikan Anda jika memutuskan untuk langsung meloncat ke seri ketiga ini. Ceritanya seperti berdiri sendiri, dengan pengenalan awal, klimaks, dan penyelesaiannya sendiri. Jadi, jangan khawatir!
Atmosfer Dunia yang Luar Biasa
Sebelum kita membicarakan sisi gameplay dan kompleksitas yang menyertainya, rasanya tidak berlebihan untuk memberikan perhatian lebih pada dunia yang ditawarkan The Witcher 3: Wild Hunt. Ketika CD Projekt mengklaim bahwa ia akan hadir dengan peta super luas dengan segudang side quest untuk diselesaikan, mereka sama sekali tidak membual. Dunia The Witcher 3 terbagi atas lima region yang masing-masing memuat berisikan sebuah area yang cukup besar dengan daya tarik uniknya masing-masing. Ada Velen dan Novigrad yang merupakan kombinasi antara alam liar, rawa, dan peradaban dengan kota besar, sementara di sisi lain Skellige – dengan kebudayaan Nordic klasik dengan pengunungan tinggi di Barat menanti.Anda bisa melihat bagaimana setiap region yang muncul ke permukaan ini bukanlah sekedar tampil berbeda secara visual, namun mengusung “nyawa” yang unik pula. Setiap region ini mengusung kebudayaan dari tata pakaian, aksen bahasa, hingga pilihan agama dan kepercayaan yang berbeda, yang juga berpengaruh pada cara mereka berinteraksi dengan Anda sendiri.
Di luar itu semua, CD Projekt juga membuat setiap detik perjalanan Anda terasa begitu dramatis lewat beragam efek cuaca yang muncul. Hujan deras dengan badai petir ketika Anda mengeksplorasi hutan yang dalam, atau sekedar tiupan angin yang membuat ranting pohon di ujung bergoyang dan membuat Anda merasa was-was, atau sekedar sinar matahari sore yang menenangkan. Atmosfer ini dipresentasikan dengan sangat baik di The Witcher 3: Wild Hunt. Apalagi ketika Anda tengah berlayar di tengah laut, memandangi ekor paus raksasa yang ikut menemani.
Acungan jempol juga pantas diarahkan pada desain monster yang Anda temui di sepanjang perjalanan. Walaupun variasinya sendiri tidak banyak, namun setiap dari mereka terlihat menyeramkan, mengancam, seolah siap mencabik dan memakan isi perut Anda sejak pertama kali melihat Anda. Dan ketika pedang Anda mulai terangkat untuk menyambut balik “tantangan” mereka, animasi gerak dan suara mereka juga begitu hidup, seolah Anda memang tengah melawan sebuah entitas yang memang pantas untuk ditakuti. Tidak selalu berakhir demikian, karena sesuai dengan cerita, monster seperti Succubus atau Siren, misalnya, akan cukup untuk membuat hati Anda berdegup kencang.
Namun sayangnya, untuk versi Playstation 4 yang masih belum mendapatkan patch perbaikan hingga review ini ditulis, ambisi ini berujung pada beberapa masalah di sisi teknis. Ketika hujan deras menerpa misalnya, Anda memang mendapatkan efek gameplay yang dramatis, namun mengorbankan framerate yang cukup terasa kentara. Masalah seperti texture popping atau loading karakter yang harus ditunggu cukup lama terjadi ketika Anda memasuki kota yang padat seperti Novigrad atau Oxenfurt. Tidak signifikan memang, namun cukup mencederai ilusi dunia yang lebih imersif.
Pemburu Monster yang “Sebenarnya”
Jika sekedar berbicara soal dunia yang ditawarkan dengan atmosfer yang indah, tidak sedikit game RPG yang sebenarnya, berhasil melakukan hal yang sama. Lantas apa yang membuat The Witcher 3 ini tampil unik? Salah satu yang membuatnya berbeda adalah mekanisme gameplay sebagai action RPG yang diracik dengan tingkat kesulitan tinggi. Tidak ada “kemenangan” yang diraih dengan sekedar menyerang membabi buta, mengakses hanya runtut skill tertentu, sembari berdoa selamat. The Witcher 3 sebenarnya mengusung esensi action RPG yang lebih dekat dengan seri Souls dari From Software. Yang dibutuhkan untuk mengatasi setiap tantangan yang ada? Observasi dan kemampuan untuk memilih alternatif solusi.Ada serangkaian tantangan yang akan Anda hadapi di perjalanan, dari para manusia bengis seperti bajak laut atau bandit, hingga monster-monster haus darah yang bervariasi, dari vampir, golem, hingga succubus sekalipun. Untungnya, Geralt punya solusi untuk keduanya. Ia akan dipersenjatai dengan dua variasi senjata utama – Steel Sword untuk melawan varian manusia dan binatang, serta Silver Sword untuk membasmi para monster. Geralt akan secara otomatis mengeluarkan pedang yang sesuai setiap kali ia bertemu dengan varian musuh yang pas. Ia juga dibekali dengan sebuah crossbow, untuk mengatasi monster yang memiliki kemampuan terbang atau ketika menyelam di dalam laut. Sebagai seorang The Witcher, Geralt sangat mempersiapkan diri dengan baik.
Namun tetap, Anda tidak bisa mengayunkan setiap senjata ini sesuka hati dan berharap bahwa monster yang Anda hadapi di depan mata akan tewas begitu saja. Mengapa? Karena sesuai dengan fakta bahwa mereka adalah “monster”, mereka bisa saja membunuh Anda dengan 4-5 kali pukulan jika Anda tidak hati-hati. Oleh karena itu observasi menjadi pilihan terbaik sebelum memutuskan untuk menyerang. Terlepas dari varian musuh yang Anda temui, mereka selalu punya set gerakan tertentu, yang mendorong untuk belajar kapan untuk menyerang, bertahan, menghindar, dan melakukan serangan balasan. Terus bermanuver aktif di sekitar lingkungan, menjaga HP, dan memahami move set musuh akan menjadi langkah awal untuk bertahan hidup.
Selanjutnya? Membuat aksi Anda sebagai The Witcher lebih efektif. Setiap monster yang muncul tidak bukan sekedar memiliki moveset dan penampilan yang berbeda. Sesuai dengan lore yang ada, tiap dari mereka hadir dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Maka secara rasional, Anda harus mempersiapkan Geralt dengan matang. Anda punya banyak resource, dari Oil spesifik yang bisa dioleskan untuk memberikan damage lebih besar pada varian musuh tertentu, hingga Potion yang mampu menghasilkan banyak efek, dari sekedar penyembuh, anti-poison, hingga yang mampu memberikan efek spesial hingga setengah jam permainan ke depan. Kehadiran semua resource ini akan membuat pertempuran melawan para monster menjadi lebih mudah, sekaligus memastikan kesempatan Anda bertahan hidup jauh lebih tinggi.
Ketika bertarung, lapisan strategi ini kian kompleks dengan kesempatan Anda untuk mengakses 5 variasi magic yang bisa digunakan oleh Geralt selama bar stamina yang ia miliki penuh. Kekuatan yang disebut dengan Sign ini akan menghasilkan efek yang berbeda-beda, defensif maupun ofensif. Anda bisa menggunakan Aard yang meluncur sebagai kekuatan telekinesis untuk mendorong musuh jatuh atau menjauhi posisi Anda, ada Igni dengan semburan api panas yang mampu mengurangi armor, Ydern yang berbentuk perangkap magic, Quen yang berfungsi sebagai pelindung, dan Axii yang mampu memanipulasi pikiran dan menghasilkan efek stun untuk beberapa saat. Di luar persiapan awal, menggunakan Sign yang tepat juga akan memberikan jaminan kemenangan yang lebih pasti, apalagi mengingat beragam variasi musuh, manusia, binatang, ataupun monster, biasanya memiliki kelemahan tersendiri terhadap salah satu dari lima Sign yang ada. Membaca Bestiary menjadi hal yang esensial.
Sisanya? Anda akan bertemu dengan konsep game RPG pada umumnya. Ada begitu banyak sidequest kecil yang tersedia di sepanjang perjalanan, menjanjikan item dan equipment lebih kuat untuk digunakan Geralt. Anda juga bisa mengumpulkan serangkaian bahan Alchemy dari toko atau alam liar untuk “memasak” potion yang lebih efektif, atau mengumpulkan material yang lebih langka untuk meminta Blacksmith meracik equipment yang lebih mumpuni. Semuanya didasarkan pada resep yang bisa Anda temukan di banyak tempat tersembunyi. Jumlah quest yang disuntikkan CD Projekt di sini tidak bisa dipandang sebelah mata, pastinya dan cukup untuk membuat Anda sibuk selama beratus-ratus jam ke depan. Namun ia mengusung daya tarik berbeda yang akan kita bahas di sesi selanjutnya.
Semuanya akhirnya mengakar pada satu reward penting yang sama, experience points. Kenaikan level bukanlah sesuatu yang mudah Anda capai di The Witcher 3, sesuatu yang membutuhkan perjuangan yang lama untuk meningkatkan status Geralt, sekecil apapun. Setiap quest utama, side quest, dan monster yang Anda bunuh akan meninggalkan experience points yang akan bermuara pada level, selayaknya game RPG pada umumnya. Di sinilah The Witcher 3 kian menarik. Kenaikan level akan memberikan Geralt ekstra 1 Ability Points untuk didistribusikan pada kategori pohon skill yang ada, dari yangn berfokus pada Attack, Signs, Potions, atau “Umum”, dalam pengertian memberikan efek menyeluruh pada Geralt itu sendiri. Anda bisa mendistribusikan Ability Point ini sesuai dengan gaya permainan yang Anda usung. Selain level, Ability Point juga bisa didapatkan dari Place of Power yang bisa Anda cari di keseluruhan dunia The Witcher 3.
Memilih skill memang lebih dititikberatkan pada gaya bermain Anda, namun ada juga pertimbangan lain yang akan memberikan pengaruh signifikan. Di cerita, The Witcher adalah para pemburu monster dengan kekuatan melebihi manusia biasa. Salah satu alasan di balik kekuatan tersebut? Lewat sebuah ritual inisiasi, mereka disuntikkan dengan beragam zat yang disebut sebagai mutagen. Tidak hanya di cerita, mutagen memainkan peranan penting untuk membangun kemampuan bertarung Geralt. Dipisahkan dalam tiga warna seperti halnya skill, mutagen akan menambahkan status kekuatan Geralt dari sisi Attack, Sign, atau Vitality bergantung pada variasi skill yang dilekatkan padanya di setiap slot yang ada. Slot akan terbuka ketika Anda berhasil mencapai tingkat level tertentu.
Kami sendiri sangat merekomendasikan Anda untuk bermain di tingkat kesulitan tertinggi atau setidaknya dua tertinggi (Blood and Broken Bones!) untuk mendapatkan sensasi The Witcher 3 yang lebih optimal. Di tingkat kesulitan ini, strategi memainkan peranan penting di setiap pertempuran yang Anda jalani, sebagaimana mestinya sebuah game The Witcher seharusnya dinikmati. Pedang tidak lagi sepenting persiapan diri dan strategi, itu yang dipastikan.
Selain musuh yang lebih alot dan damage yang lebih tinggi, dua tingkat kesulitan tertinggi ini juga memuat mekanisme lain yang membuatnya lebih kompleks. Jika di tingkat kesulitan normal, Anda selalu bisa mengandalkan fungsi Meditation untuk melewatkan waktu dan memulihkan HP hingga penuh kembali setiap kali bertarung. Sementara di tingkat kesulitan di atas normal, ia tidak lagi bekerja demikian. Tidak ada lagi yang namanya penyembuhan instan lewat Meditation, semuanya hanya mengandalkan item yang Anda miliki dari potion hingga makanan. Sebagai gantinya, tiap kali Anda melakukan Meditation, semua slot potion yang terpakai akan terpenuhi kembali selama Anda memiliki item terpisah bernama Alcohest. Mekanisme seperti ini akan membuat Anda bermain lebih hati-hati, atau setidaknya memilih alternatif skill build yang bisa mencegah berkurangnya HP dengan cepat. Walaupun harus diakui, Alcohest bukanlah item yang sulit untuk didapat.
Secara garis besar, The Witcher 3 memang tampil memesona sebagai game RPG, dan itupun berangkat dari pembicaraan sekedar dari sisi visual, dunia, dan gameplay. Anda sudah jatuh hati? Bersiaplah, karena ia masih menawarkan banyak daya tarik lain yang akan membuat Anda terpukau, seperti halnya yang terjadi pada kami.
Penanganan Side-Quest yang Fantastis!
Acungan dua jempol, empat jempol, atau berapapun jempol yang bisa Anda temui untuk cara kerja side-quest yang diracikan CD Projekt Red di The Witcher 3 ini. Sebagai sebuah game open-world, Anda memang masih disibukkan dengan banyak quest kecil yang dengan bebas, bisa Anda pilih untuk dijalankan atau tidak. Ada serangkaian ikon tanda tanya yang berisikan quest kecil apa saja, dari sekedar membasmi monster, Place of Power untuk Ability Points, hingga membebaskan lahan dari para bandit. Semuanya bisa berujung pada experience yang berharga dan equipment yang menggoda untuk digunakan. Anda tinggal membuka Map dan langsung bisa melihat semua hal yang ditawarkan tersebut, tinggal mencari jalan untuk tiba di setiap lambang tanda tanya yang terlihat jelas di sana.Selain quest-quest ini, Anda juga akan menemukan jajaran Notice Board di beragam desa. Seperti layaknya pengumuman di desa, Notice Board berisikan jajaran quest tambahan dan Contracts – yang berarti permintaan kepada Anda untuk membasmi monster di sekitar daerah mereka. Contracts adalah salah satu side quest The Witcher 3 yang paling menarik, karena ia memuat tantangan yang mendefinisikan peran dan pekerjaan seorang Witcher itu sendiri. Seperti layaknya seorang detektif di abad pertengahan, ia biasa memuat sekuens yang akan meminta Anda untuk memulai proses investigasi terlebih dahulu, mencari bukti, dan akhirnya menghabisi para monster yang punya karakteristik dan kekuatan yang tidak bisa dipandang sebelah mata ini. Apalagi ia memuat reward yang juga tidak kalah menarik.
Lantas, apa yang membuat side quest di The Witcher 3 begitu istimewa? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah penanganan yang fantastis? Bukankah side-quest sudah menjadi bagian yang melekat pada game RPG itu sendiri? Anda akan menemukan sesuatu yang berbeda di The Witcher 3. Pertama, ia benar-benar dibangun dengan niat. Ini berarti setiap side-quest yang muncul bukanlah sekedar barisan teks dari NPC yang berujung pada pencarian item atau membunuh beberapa musuh begitu saja. Ia dibangun dengan cerita sama menariknya dengan quest utama – lengkap dengan pengenalan, klimaks, bahkan plot twist yang mengagumkan, sesuatu yang tidak bisa Anda predikis. Ia dibangun di atas voice acts yang terdengar begitu hidup, dengan pilihan-pilihan yang seringkali mengetuk nurani Anda sendiri. Jika bisa disimpulkan dengan sederhana, setiap side-quest ini dibangun dengan “sangat niat”.
Kami akan memberikan contoh untuk membantu Anda mendapatkan sedikit gambaran. Di sebuah desa kecil di Skellige, kami mendapatkan rekues dari seorang pria yang sudah mulai panik karena sakit anaknya tak kunjung sembuh. Ia sudah melakukan banyak hal, menghabiskan harta, mencari Druid terkuat, namun tidak ada yang mengerti apa yang terjadi. Yang ia tahu hanyalah sebuah totem kutukan dibuat oleh seseorang di depan rumahnya dan tidak bisa dicabut, terindikasi sebagai sumber utama penyakit anaknya yang kian melemah. Hanya Anda seorang Witcher yang bisa menolong. Melakukan proses investigasi, quest ini ternyata menetapkan Herbalist di desa terdekat sebagai tersangka utama. Wanita cantik ini sama sekali tidak membantah bahwa dirinya lah yang menaruh kutukan tersebut di sana. Ia mengaku bahwa semua hal ini ia lakukan untuk membalas dendam, karena sang pria telah menidurinya, hidup bersama bertahun-tahun, dan meninggalkannya begitu saja demi wanita lain dan berkeluarga. The Witcher punya dua opsi untuk menghapus kutukan tersebut: ia bisa membunuh sang Herbalist, atau meminta sang pria kembali ke Herbalist dan meninggalkan keluarganya. Layak kah wanita ini dibunuh? Keputusan tersebut kembali kepada Anda.
Anda sekarang tampaknya sudah punya gambaran seperti apa desain setiap side-quest di The Witcher 3: Wild Hunt ini. Ini hanya satu, bayangkan cerita seperit apa yang bisa Anda raup dari luasnya dunia game ini. Apalagi, untuk setiap main-quest yang muncul sebagai motor penggerak progress cerita, selalu ada side-quest tambahan yang sama pentingnya, untuk memperdalam setiap konflik dan cerita yang muncul. Ia memang bersifat “sampingan”, namun memiliki konten cerita yang bisa disejajarkan dengan sang cerita utama. Selalu menarik untuk melihat bagaimana beragam event sama besarnya ini terjadi dan kemudian melahirkan benang merah yang sama. Apalagi, pilihan pilihan yang Anda lakukan di side-quest ini bisa jadi berkontribusi pada titik cerita main-quest tertentu.
Bagian terbaiknya? CD Projekt Red berhasil membuat kedua quest ini mengalir bak satu cerita utama. Kami beri contoh untuk memberikan Anda gambaran lebih jelas. Sebagai salah satu gamer yang lebih senang mengeksplorasi banyak tempat dan quest sebelum beranjak ke cerita utama, kami akhirnya tiba di salah satu desa di Skellige juga. Desa ini terus terancam oleh kehadiran Werewolf yang tinggal di Freya’s Garden. Konon katanya, berbeda dengan manusia serigala pada umumnya, Werewolf yang dikutuk oleh dewa ini tidak pernah bisa mati. Ia terus hidup, kembali, dan justru membunuh Witcher yang berusaha memburunya. Kami tentu tidak tinggal diam. Jiwa petualag kami langsung mengiyakan, dan kami pun terlibat dalam aksi berburu Werewolf tersebut. Werewolf tersebut mati, dan kami mendapatkan ekstra reward dari penduduk desa sekitar.
Bingung hendak melakukan apa lagi, kami pun kembali melanjutkan cerita dengan harapan untuk mendapatkan side quest yang lain. Namun apa yang kami temui? Si Werewolf ini ternyata merupakan bagian dari cerita utama! Benar sekali, kami membasmi sesuatu yang seharusnya baru muncul di cerita utama. Sebagian besar game RPG mungkin akan menangani masalah seperti ini dengan “pura-pura” melihat bahwa event ini tidak terjadi, yang biasanya dilakukan dengan tidak sama sekali menyebut atau mengaitkan keduanya.
Namun, tidak dengan The Witcher 3. Mereka sudah mempersiapkan respon unik tersendiri jika sampai kejadian ini terjadi. Ketika pembicaraan soal Werewolf ini muncul, Geralt tiba-tiba memotong pembicaraan dan menyebut bahwa “Gua udah bunuh itu Werewolf!”, yang kemudian diikuti dengan percakapan dari NPC dan Yennefer yang memberikan respon yang terasa mengalir, memuji inisiatif dan aksi kita. Ajaibnya lagi? Ketika percakapan dengan NPC ini selesai dan Anda berpetualang dengan Yennefer kembali secara aktif, ia tiba-tiba menyelutuk, “Kenapa enggak pernah ngasih tahu kalau lu udah bunuh Werewolf-nya?”, dijawab Geralt, “Gua gak mau bawa masalah kerjaan ke rumah,”. Bagi kami, ini adalah momen yang benar-benar hidup dan menakjubkan di saat yang sama. Ini berarti CD Projekt memuat banyak respon untuk memfasilitasi serangkaian skenario yang bisa terjadi, jika gamer memilih untuk membunuh si werewolf lebih cepat (seperti kami) atau menunggunya. Banyak momen seperti ini terjadi di sepanjang permainan! Fantastis, sebuah desain yang harus diikuti oleh banyak developer game yang lain, terutama mereka membuka jalan bagi gamer untuk menentukan sendiri alur gameplay yang mereka inginkan.
Setiap side-quest dibangun dengan niat, lengkap dengan plot, voice acts, dan bahkan plot twist yang membuatnya semua menarik. Setiap side-quest terlihat mengalir bersama dengan main-quest dan ditangani dengan baik lewat sistem percakapan yang fantastis. Fakta bahwa CD Projekt memikirkan matang skenario seperti apa saja yang bisa terjadi membuat game ini dari luar biasa, menjadi semakin luar biasa.
Kedekatan Emosional
Akui saja, seperti yang sering kami lakukan, bahwa hampir sebagian besar opsi Romance yang ditawarkan oleh game-game action RPG pada umumnya selalu berujung sekedar pada usaha untuk melihat karakter-karakter wanita yang terlibat di dalamnya telanjang dada. Konten ketelanjangan tersebut selalu menjadi motivasi paling utama dan tidak terbantahkan, mau Anda akui atau tidak. Hal inilah yang mendasari banyak pilihan gamer di game-game racikan Bioware seperti Dragon Age atau Mass Effect. Namun yang benar-benar memberikan kedekatan emosional yang kuat? Kami baru pertama kali merasakannya di The Witcher 3.Sebagai pembuka, semua karakter utama wanita di The Witcher 3 dibangun dengan cantik, dengan proporsi tubuh jempolan dan paras yang memesona. Ia mungkin jadi daya tarik di awal setiap kali Anda melihatnya, namun Romance di dalam The Witcher 3 ternyata berujung menjadi sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang bisa membuat hati Anda terketuk, bahkan untuk seperti kami, yang tidak pernah tahu jelas latar belakang ceritanya di The Witcher dan The Witcher 2. Kami sendiri memilih Yennefer karena percaya dengan konsep cinta yang selalu membuat Geralt kembali ke sisinya, dan begitu juga sebaliknya. Alih-alih terlibat dalam pembicaraan tanpa makna yang hampa dan sekedar Anda picu untuk beralih ke sex scene, interaksi antara Geralt dan Yennefer adalah salah satu hubungan romansa terbaik yang pernah kami dapatkan di video game. Anda bisa melihat jelas bahwa keduanya berbagi masa lalu yang indah dan kompleks, lewat nada bicara, lelucon seks, pembicaraan garing, rasa perhatian yang sama akan nasib Ciri, hingga bagaimana ketika mereka berdebat untuk hal-hal kecil maupun penting. Hingga pada batas dimana mereka sendiri ragu bahwa mereka benar-benar saling mencintai dan lebih karena “keharusan” untuk terus hidup bersama. Setiap romansa ini punya ceritanya sendiri, daya tarik, konflik, dan klimaks yang akan memerangkap Anda dalam pusarannya. Itu pasti.
Tertarik pada paras dan kepribadian Yennefer yang dingin namun penuh kepulian, kami terdorong untuk tidak memilih Triss, walaupun kami yakin banyak dari Anda yang mengambil keputusan yang bertolak belakang. Begiu kuatnya pilihan ini, hingga kami memilih untuk membiarkan Triss pergi hanya karena dasar “moral” tidak ingin mengkhianati Yennefer. Ada keterikatan aneh yang terbangun dengan karakter-karakter digital ini. Hebatnya lagi? Anda selalu merasakan ketegangan cinta segitiga yang terjadi di antara mereka, dan merasa aura yang canggung ketika Yennefer dan Triss di ruangan yang sama dengan Geralt, mengingat ia pernah meniduri keduanya walaupun dengan alasan yang berbeda. Konflik ini diperkuat dengan kejadian-kejadian lucu yang membuat segala sesuatunya lebih hidup.
Sebagai contoh? Ketika Yennefer akhirnya kembali ke “rumah lama” mereka – Kaer Morhen, tempat ia dan Geralt pernah tinggal untuk membesarkan Ciri. Sangat frustrasi karena salah satu item pentingnya tidak bekerja, Anda mendapatkan informasi dari guru Anda – Vesemir bahwa Yennefer baru saja melempar ranjang keluar dari balkon dan memecahkannya. Pilihan yang aneh tentu saja, mengingat Geralt mengaku ranjang tersebut sangat nyaman. Ketika Anda mengkonfrontasi hal ini dengan Yennefer? Jawabannya sudah cukup untuk membuat Anda bungkam, “Aku tidak senang tidur di atas kasur dengan banyak rambut merah,” yang mengarah pada masa lalu Geralt dan Triss. Pernah melihat karakter game yang bisa secemburu, sehidup, dan melemparkan respon setepat aksi Yennefer? Sejauh ini kami belum.
Jika ada satu game action RPG yang membuat kami benar-benar peduli pada karakter wanita yang ada, menimbang setiap opsi yang muncul darinya, dan tidak memperlakukan mereka “sekedar” sebagai objek seks, The Witcher 3 melakukan hal tersebut dengan sangat baik. Ini benar-benar soal romansa, hubungan cinta, dan bukan lagi sekedar hendak melihat mereka tanpa busana.
Ketika Pilihan Menjadi Begitu Kabur
Hampir sebagian besar game action RPG dengan multiple endings selalu berakhir dengan konsep seperti ini. Pilihan di tengah cerita hanyalah sekedar pemanis saja, sementara pilihan paling krusial biasanya termuat dalam sekuens-sekuens ending, seperti menjawab sebuah persoalan pilihan ganda. Bagian terburuknya? Bisa jadi semua pilihan ini berakhir sekedar sebagai ilusi bahwa Anda yang menentukan nasib akhir, namun nyatanya, cerita ini berakhir linear – satu arah, terlepas dari apapun pilihan Anda. Namun CD Projekt berusaha menawarkan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang membuat waktu hampir 200 jam permainan kami berakhir menjadi sebuah “Bad Ending”. Benci dengan spoiler dan berusaha menghindarinya selama mencicipi The Witcher 3 ini, membaca walkthrough di dunia maya benar-benar membuat kami terkejut.
Alih-alih terjebak dengan konsep game action RPG pada umumnya yang memadatkan semua ilusi pilihan tersebut di akhir permainan, The Witcher 3 menyebarkannya di sepanjang permainan dengan Ciri sebagai fokus utama. Respon yang Anda pilih untuk aksi dan permintaan yang ia lontarkan akan menentukan ending seperti apa yang Anda dapatkan. The Witcher 3 sendiri menyediakan tiga ending utama, dengan lebih dari 30 variasi mengikutinya. Ini berarti, akan ada tiga ending untuk cerita utama, sementara ending lainya menjadi konklusi dari karakter pendukung yang juga ikut memainkan perang yang krusial.
Menariknya lagi? Ia terasa sangat tidak signifikan dan tidak pernah Anda prediksi sebelumnya akan berpengaruh pada hasil akhir game. Semua momen yang menentukan ending tersebut mengakar pada banyak hal remeh-temeh yang mungkin Anda “sekedar” pilih dan anggap lalu. Benar sekali, bahkan pada opsi “sekecil” memilih antara minum bersama atau bermain salju di luar bisa menentukan. Sekecil dan sekabur itu. Agak sedikit terasa curang memang bahwa di akhir Anda harus bertemu dengan akhir yang tidak Anda inginkan, namun apa yang dilakukan CD Projekt ini seperti menampar Anda di wajah tentang konsep role-playing yang sesungguhnya. Bahwa Anda di sini berperan sebagai Geralt yang mau tidak mau, harus berhadapan dengan konsekuensi dari perjalanan yang ia hadapi. Bahwa mustahil bagi Geralt sendiri untuk melihat masa depan dan mempersiapkan diri.
Musik yang Memanjakan Telinga
The Witcher 3 adalah sebuah game yang nyaris tanpa cacat, ini mungkin kesan yang Anda dapatkan ketika mulai menjajal game ini. Anda jatuh hati di beberapa jam pertama, tidak bisa lepas di belasan jam kemudian, dan mulai terserap pada kisah perjalanan Geralt di seratus jam berikutnya. Bukan perkara mudah memang untuk memastikan gamer tidak bosan dengan dunia yang ditawarkan oleh CD Projekt Red. Dari sisi desain dunia, atmosfer, dan gameplay, mereka sudah melakukan tugas yang sangat baik. Namun tidak berhenti di sana, mereka melakukan pencapaian yang bahkan lebih luar biasa. Menyuntikkan musik yang akan membuat telinga Anda termanjakan, tanpa sedikit pun merasa bosan.Mengacu pada musik folk di daerah Skandinavia, The Witcher 3 terasa seperti sebuah mahakarya yang berhasil melebur semua elemen tersebut dengan sangat sempura. Pertempuran terasa jauh lebih epik dengan setiap musik yang mengalun di belakangnya. Hebatnya lagi, mereka juga menyertakan sebuah CD Soundtrack orisinil berisikan 31 track dari dalam game di dalam paket penjualan untuk Anda yang membeli versi fisiknya. Pertempuran melawan para serigala dan drowner terasa seperti sebuah pertarungan yang menentukan nasib dunia ketika musik seperti “Silver for Monsters” mengalun di belakang, seperti menyemangati Anda untuk terus mengayunkan pedang tanpa ampun. Atau bulu kuduk Anda yang merinding ketika “Eyes of the Wolf” mengalun bak ucapan mantra, atau “Cloak and Dagger” yang menghanyutkan.
Tidak hanya soundtrack yang mengalun di belakang, The Witcher 3 juga menyuntikkan sebuah lagu yang siap menyayat hati Anda – “Wolven Storm” atau yang lebih dikenal sebagai Priscilla’s Song – seorang Bard manis yang akan Anda temui di jalan cerita utama. Alunan lirik bak puisi ini menceritakan kisah cinta the “Wolf” atau Geralt of Rivia dan Yennefer yang selalu hadir dengan parfum khasnya – beraroma lilac dan gooseberry. Kisah keduanya yang terpisah cukup lama namun terus menginginkan satu sama lain, memperkuat aroma romansa antara keduanya. Kerennya lagi? Lagu ini tidak hanya tersedia dalam bahasa Inggris. Tergantung pada bahasa utama yang Anda pilih, Priscilla akan menyanyikan lagu ini dalam bahasa yang berbeda. Luar biasa!
Seperti layaknya sebuah game open-world action RPG Barat pada umumnya yang membuka ruang bagi gamer untuk menentukan responnya sendiri dan menghadapi konsekuensi cerita yang ada, The Witcher 3 juga melakukan hal yang sama. Beragam momen di dalam main-quest atau side-quest memancing Anda untuk harus melemparkan satu dari begitu banyak pilihan respon yang ada, yang tentu saja, mengarah pada konsekuensi unik yang berbeda satu sama lain. Sederhana bukan? Sangat. Untuk yang familiar dengan konsep seperti ini, tidak pernah ada konsekuensi “fatal” yang bisa terjadi di tengah permainan. Biasanya, hanya pilihan-pilihan di akhir permainan yang akan menentukan akhir cerita seperti apa yang Anda dapatkan jika ia memuat multiple endings sebagai salah satu nilai jual utama. Namun Anda berharap hal ini juga terjadi di The Witcher 3? Bukan, The Witcher 3 bukanlah game RPG yang selama ini Anda kenal.
Kesimpulan
Jadi, apa yang bisa disimpulkan dari The Witcher 3: Wild Hunt? Menyebutnya sebagai pengalaman game RPG tanpa banding saat ini, tampaknya tidak berlebihan. Ia memenuhi hampir semua hype dan harapan yang dimiliki gamer untuknya, dari dunia, gameplay, kekuatan cerita, pilihan, desain monster, hingga musik. Ia menawarkan salah satu pengalaman RPG terbaik yang pernah kami cicipi selama ini, dengan bukti ratusan jam gameplay sebagai bukti yang paling nyata. Ada banyak pilihan desain yang membuat kami mengangkat topi, terutama dari keseriusan mereka membangun setiap side-quest yang ada, membuatnya mengalir dengan main quest yang ditawarkan, serta konsep pilihan dan konsekuensinya pada ending yang tidak pernah diprediksi sebelumnya. Ia akan memerangkap Anda pada dunia fantasinya yang luar biasa.The Witcher 3 memang game yang terhitung nyaris sempurna dan tanpa cacat, walaupun demikian ada beberapa hal yang kami sayangkan di sini. Salah satu yang paling mengecewakan adalah performanya di versi konsol, seperti yang kami jajal di Playstation 4. Belum mendapatkan patch hingga review ini ditulis, ia terus mengalami penurunan framerate yang cukup signifikan apalagi ketika cuaca badai menerjang atau masuk ke dalam cut-scene tertentu. Bug quest yang tidak memberikan exp serta glitch yang membuat kami jatuh ke dalam ruang hampa tanpa alasan yang jelas juga sangat disayangkan. Walaupun demikian, semua kekurangan ini menjadi sesuatu yang bisa ditoleransi mengingat konsep open world yang ia usung.
The Witcher 3: Wild Hunt tidak diragukan lagi, adalah kandidat terkuat untuk game terbaik di tahun 2015 ini. Ia menetapkan sebuah standar tinggi untuk genre RPG, sebuah epitome bagaimana seharusnya game action RPG berbasis open-world diracik. Semua elemen terintegrasi dengan nyaris sempurna, mendukung satu sama lain, memastikan bahwa Anda siap menghabiskan waktu ratusan jam untuk menikmati kisah Geralt yang luar biasa. Apakah Anda harus memainkan game ini? Kami sangat merekomendasikannya, terlepas dari fakta apakah Anda termasuk penggemar RPG atau tidak, ataukah Anda sempat mencicipi The Witcher sebelumnya atau tidak. The Witcher 3: Wild Hunt merepresentasikan kualitas sebuah game yang benar-benar dibangun dengan keseriusan dan dedikasi tinggi. Seperti sebuah surat cinta yang sudah lama Anda tunggu tiba di tangan Anda.
Kelebihan
- Tingkat kesulitan yang menantang
- Gameplay yang butuh strategi dan persiapan
- Yennefer!
- Kisah cinta yang cukup membuat Anda membangun kedekatan emosional
- Side-quest yang dibangun dengan sangat niat
- Cerita yang sangat menarik
- Voice acts jempolan yang membuat karakter-karakter ini hidup
- Tema dewasa yang tidak setengah-setengah
- Desain karakter dan monster yang keren
- Musik yang menggugah
Kekurangan
- Beberapa bug dan glitch (versi Playstation 4)
Tidak cocok untuk gamer: yang belum cukup umur, yang tidak senang dengan game yang kompleks
sumber :
http://jagatplay.com/2015/05/playstation3/review-the-witcher-3-pengalaman-rpg-tanpa-banding/
Mantab, keren keren
BalasHapus