

Sebuah perasaan lega yang mungkin tidak akan dipahami oleh mereka
yang awam, inilah yang mungkin dirasakan oleh sebagian besar gamer
dengan The Witcher 3: Wild Hunt saat ini. Bagaimana tidak? Menjadi salah
satu game RPG yang paling diantisipasi sejak tahun 2014 silam, ia terus
memperlihatkan daya tarik yang sulit untuk diabaikan begitu saja.
Sebuah game open-world RPG dengan segudang quest, tingkat kesulitan
tinggi, visual yang indah, dan beragam monster dengan desain keren untuk
diburu. CD Projekt Red memang terlihat ambisius dan tidak
setengah-setengah, ini memastikan bahwa ini merupakan proyek game
terbaik yang pernah mereka ciptakan. Sebuah ambisi yang harus diakui,
terbayarkan dengan sangat manis.
Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu sudah
mendapatkan sedikit gambaran soal daya tarik The Witcher 3: Wild Hunt
sendiri. CD Projekt membangun sebuah dunia dengan atmosfer yang luar
biasa, dipadukan dengan mekanisme gameplay yang kompleks, dan cerita
solid yang dibangun sebagai pondasi. Kesan pertama yang ia munculkan
akan membuat gamer pencinta genre ini jatuh hati sejak pandangan
pertama. Bahkan cukup untuk menarik kelompok gamer yang menghindari RPG
untuk setidaknya menjajal dan merasakan pengalaman seperti apa yang
membuat hype game ini tidak lagi terbendung. Konten ratusan jam dengan
voice acts dan plot yang dibangun serius menunggu untuk diselesaikan.
Dari permukaan, The Witcher 3 adalah sebuah game RPG impian yang
terlihat begitu sempurna. Lantas, bagaimana dengan keseluruhan
pengalaman yang ia tawarkan? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah
game RPG tiada banding? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk
Anda.
Plot

The Witcher 3 kembali membawa Anda pada sosok Geralt yang kini harus berkutat dengan konflik pribadinya.
Melanjutkan kisah dari The Witcher 2 dengan dunia yang mulai berubah
sejak aksinya yang terakhir, Geralt of Rivia – sang Witcher yang kisah
perjalanannya mengalun lewat alunan musik para Bard dari seluruh penjuru
The Continent – akhirnya memutuskan untuk mulai menyelesaikan konflik
personalnya sendiri. Kembalinya ingatan yang sempat hilang membuat
Geralt mengingat sosok wanita yang tak bisa ia lupakan begitu saja –
Yennefer. Namun di atas semuanya, ia secara konsisten mendapatkan mimpi
buruk soal datangnya Wild Hunt. Rombongan pasukan misterius dengan armor
berwarna hitam, yang kedatangannya cukup untuk membekukan dan membunuh
nafas hidup apapun yang berada di dekat mereka.

Mimpinya
terus mengarah pada sosok Ciri yang sudah menghilang cukup lama. Geralt
bisa merasakan bahwa “anak angkat”nya bersama dengan Yennefer ini
tengah dirudung bahaya.

Sumber
ancaman tersebut muncul dari pasukan dengan armor berwarna hitam – Wild
Hunt yang terus memburu Ciri. Kedatangan mereka selalu hadir dengan
aura es yang membekukan semua makhluk hidup di sekitar mereka.
Terlepas dari kisah cinta mereka, Geralt sebagai seorang Witcher dan
Yennefer sebagai seorang Sorceress tidak pernah bisa memiliki anak.
Kekuatan besar yang mereka miliki berujung pada konsekuensi yang
menyedihkan – bahwa mereka tidak subur. Namun kerinduan mereka untuk
“membangun” keluarga bisa terobati lewat sosok Ciri. Seperti yang bisa
diprediksi, cerita ini tidak berakhir bahagia. Ciri menghilang untuk
waktu yang begitu lama dan sulit untuk ditemukan kembali. Kompleksitas
masa lalu membuat Geralt yakin bahwa Ciri adalah target utama yang
berusaha diburu oleh Wild Hunt. Baginya, tidak ada yang lebih penting,
selain menemukan “anak” yang begitu ia sayangi ini.

Semuanya
harus dilakukan Geralt di tengah kondisi politik sosial yang juga tidak
stabil. Invasi Nilfgaard dari selatan yang kian sukses dan sikap
Novigrad yang kian rasis hanyalah sedikit perubahan yang terjadi.

Akankah Geralt bertemu dengan Ciri? Konflik seperti apa yang harus ia lalui untuk mencapai anak yang ia sayangi ini?
Perjalanan Geralt ini membuatnya melintasi Northern Kingdom yang
posisinya terus terdesak karena invasi pasukan dari Selatan – Nilfgaard.
Di tengah ketidakpastian politik dan kehidupan sosial yang kacau, penuh
dengan prasangka rasis dan ketakutan akan monster-monster yang terus
berkeliaran dan mengancam, Geralt menempuh “misi suci” personalnya ini.
Mampukah ia bertemu dengan Ciri di perjalanan ini? Ancaman seperti
apa saja yang harus ia hadapi selama proses tersebut? Siapa pula Wild
Hunt dan mengapa mereka begitu tertarik dengan sosok Ciri? Semua jawaban
dari pertanyaan ini bisa Anda dapatkan dengan memainkan The Witcher 3:
Wild Hunt ini!

Menariknya
lagi? CD Projekt berhasil meracik plot ini untuk tetap bisa dinikmati,
bahkan oleh gamer yang belum pernah menjajal The Witcher pertama atau
kedua sekalipun. Anda hanya perlu mempelajari sedikit latar belakang
tiap karakter yang ada.
Sebagian besar dari Anda mungkin langsung melompat ke The Witcher 3:
Wild Hunt tanpa memainkan kedua seri sebelumnya. Apakah Anda tetap bisa
menikmatinya? Jawaban kami secara pasti, menjawab iya. Anda hanya perlu
sedikit melakukan research untuk memahami latar belakang masing-masing
karakter, walaupun Anda juga bisa belajar sedikit dari interaksi di
dalam game. Asingnya Anda terhadap latar belakang yang dibangun di The
Witcher dan The Witcher 2 tidak akan menghalangi sama sekali keasyikan
Anda jika memutuskan untuk langsung meloncat ke seri ketiga ini.
Ceritanya seperti berdiri sendiri, dengan pengenalan awal, klimaks, dan
penyelesaiannya sendiri. Jadi, jangan khawatir!
Atmosfer Dunia yang Luar Biasa

Atmosfer dunia yang ditawarkan The Witcher 3 benar-benar luar biasa.
Sebelum kita membicarakan sisi gameplay dan kompleksitas yang
menyertainya, rasanya tidak berlebihan untuk memberikan perhatian lebih
pada dunia yang ditawarkan The Witcher 3: Wild Hunt. Ketika CD Projekt
mengklaim bahwa ia akan hadir dengan peta super luas dengan segudang
side quest untuk diselesaikan, mereka sama sekali tidak membual. Dunia
The Witcher 3 terbagi atas lima region yang masing-masing memuat
berisikan sebuah area yang cukup besar dengan daya tarik uniknya
masing-masing. Ada Velen dan Novigrad yang merupakan kombinasi antara
alam liar, rawa, dan peradaban dengan kota besar, sementara di sisi lain
Skellige – dengan kebudayaan Nordic klasik dengan pengunungan tinggi di
Barat menanti.

Setiap region terasa unik, tidak hanya dari landscapenya saja, tetapi juga dari budaya, aksen bahasa, hingga agama.

Skellige yang merupakan kepulauan di bagian Barat terasa begitu “liar” dengan pengunungan yang mendominasi.

Wait? Mass Effect?
Anda bisa melihat bagaimana setiap region yang muncul ke permukaan
ini bukanlah sekedar tampil berbeda secara visual, namun mengusung
“nyawa” yang unik pula. Setiap region ini mengusung kebudayaan dari tata
pakaian, aksen bahasa, hingga pilihan agama dan kepercayaan yang
berbeda, yang juga berpengaruh pada cara mereka berinteraksi dengan Anda
sendiri.

Tata cahaya, efek cuaca, angin, siang dan malam, membuat perjalanan Anda semakin dramatis.

Row, row, row your boat, killing down the stream..
Di luar itu semua, CD Projekt juga membuat setiap detik perjalanan
Anda terasa begitu dramatis lewat beragam efek cuaca yang muncul. Hujan
deras dengan badai petir ketika Anda mengeksplorasi hutan yang dalam,
atau sekedar tiupan angin yang membuat ranting pohon di ujung bergoyang
dan membuat Anda merasa was-was, atau sekedar sinar matahari sore yang
menenangkan. Atmosfer ini dipresentasikan dengan sangat baik di The
Witcher 3: Wild Hunt. Apalagi ketika Anda tengah berlayar di tengah
laut, memandangi ekor paus raksasa yang ikut menemani.

Acungan
jempol juga pantas untuk setiap desain monster yang Anda temui. Mereka
semua terlihat menyeramkan dan siap untuk mencabik-cabik tubuh Anda.

Namun
tidak semua monster bersifat demikian. Untuk monster yang lebih
“lembut” seperti Succubus, misalnya, CD Projekt melakukan tugas yang
sangat baik. Cukup untuk membuat Anda merasa bahwa membunuh mereka akan
menjadi sesuatu yang sangat “disayangkan”.
Acungan jempol juga pantas diarahkan pada desain monster yang Anda
temui di sepanjang perjalanan. Walaupun variasinya sendiri tidak banyak,
namun setiap dari mereka terlihat menyeramkan, mengancam, seolah siap
mencabik dan memakan isi perut Anda sejak pertama kali melihat Anda. Dan
ketika pedang Anda mulai terangkat untuk menyambut balik “tantangan”
mereka, animasi gerak dan suara mereka juga begitu hidup, seolah Anda
memang tengah melawan sebuah entitas yang memang pantas untuk ditakuti.
Tidak selalu berakhir demikian, karena sesuai dengan cerita, monster
seperti Succubus atau Siren, misalnya, akan cukup untuk membuat hati
Anda berdegup kencang.

Sayangnya untuk versi Plasytation 4 yang menjadi bahan review kami, masih ada beberapa masalah teknis yang terjadi.
Namun sayangnya, untuk versi Playstation 4 yang masih belum
mendapatkan patch perbaikan hingga review ini ditulis, ambisi ini
berujung pada beberapa masalah di sisi teknis. Ketika hujan deras
menerpa misalnya, Anda memang mendapatkan efek gameplay yang dramatis,
namun mengorbankan framerate yang cukup terasa kentara. Masalah seperti
texture popping atau loading karakter yang harus ditunggu cukup lama
terjadi ketika Anda memasuki kota yang padat seperti Novigrad atau
Oxenfurt. Tidak signifikan memang, namun cukup mencederai ilusi dunia
yang lebih imersif.
Pemburu Monster yang “Sebenarnya”

Observasi,
menentukan strategi, dan mencari timing serangan yang tepat akan
menjadi tiga hal paling esensial di gameplay The Witcher 3. Ia lebih
melekat pada sensasi game-game action RPG dari From Software.
Jika sekedar berbicara soal dunia yang ditawarkan dengan atmosfer
yang indah, tidak sedikit game RPG yang sebenarnya, berhasil melakukan
hal yang sama. Lantas apa yang membuat The Witcher 3 ini tampil unik?
Salah satu yang membuatnya berbeda adalah mekanisme gameplay sebagai
action RPG yang diracik dengan tingkat kesulitan tinggi. Tidak ada
“kemenangan” yang diraih dengan sekedar menyerang membabi buta,
mengakses hanya runtut skill tertentu, sembari berdoa selamat. The
Witcher 3 sebenarnya mengusung esensi action RPG yang lebih dekat dengan
seri Souls dari From Software. Yang dibutuhkan untuk mengatasi setiap
tantangan yang ada? Observasi dan kemampuan untuk memilih alternatif
solusi.

Geralt
sendiri dipersenjatai dua jenis senjata – Steel Sword untuk musuh
non-monster dan Silver Sword untuk tipe monster. Tenang saja, Anda tidak
perlu melakukannya secara manual. Geralt akan mengeluarkan pedang yang
sesuai dengan tipe musuh yang ia hadapi secara otomatis.

Ia juga dipersenjatai crossbow untuk melawan monster yang berada di angkasa atau berada di dalam laut.
Ada serangkaian tantangan yang akan Anda hadapi di perjalanan, dari
para manusia bengis seperti bajak laut atau bandit, hingga
monster-monster haus darah yang bervariasi, dari vampir, golem, hingga
succubus sekalipun. Untungnya, Geralt punya solusi untuk keduanya. Ia
akan dipersenjatai dengan dua variasi senjata utama – Steel Sword untuk
melawan varian manusia dan binatang, serta Silver Sword untuk membasmi
para monster. Geralt akan secara otomatis mengeluarkan pedang yang
sesuai setiap kali ia bertemu dengan varian musuh yang pas. Ia juga
dibekali dengan sebuah crossbow, untuk mengatasi monster yang memiliki
kemampuan terbang atau ketika menyelam di dalam laut. Sebagai seorang
The Witcher, Geralt sangat mempersiapkan diri dengan baik.
Namun tetap, Anda tidak bisa mengayunkan setiap senjata ini sesuka
hati dan berharap bahwa monster yang Anda hadapi di depan mata akan
tewas begitu saja. Mengapa? Karena sesuai dengan fakta bahwa mereka
adalah “monster”, mereka bisa saja membunuh Anda dengan 4-5 kali pukulan
jika Anda tidak hati-hati. Oleh karena itu observasi menjadi pilihan
terbaik sebelum memutuskan untuk menyerang. Terlepas dari varian musuh
yang Anda temui, mereka selalu punya set gerakan tertentu, yang
mendorong untuk belajar kapan untuk menyerang, bertahan, menghindar, dan
melakukan serangan balasan. Terus bermanuver aktif di sekitar
lingkungan, menjaga HP, dan memahami move set musuh akan menjadi langkah
awal untuk bertahan hidup.

Lalai mempelajari dan memahami moveset musuh, bahkan gerombolan “sekecil” Drowner ini pun bisa menghabisi Anda dengan mudah.

Oleh
karena itu, setiap monster membutuhkan persiapan tersendiri. Lewat
Alchemy, Anda bisa “memasak” potion dan oil Anda sendiri, baik untuk
kepentingan defensif maupun ofensif.
Selanjutnya? Membuat aksi Anda sebagai The Witcher lebih efektif.
Setiap monster yang muncul tidak bukan sekedar memiliki moveset dan
penampilan yang berbeda. Sesuai dengan lore yang ada, tiap dari mereka
hadir dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Maka secara
rasional, Anda harus mempersiapkan Geralt dengan matang. Anda punya
banyak resource, dari Oil spesifik yang bisa dioleskan untuk memberikan
damage lebih besar pada varian musuh tertentu, hingga Potion yang mampu
menghasilkan banyak efek, dari sekedar penyembuh, anti-poison, hingga
yang mampu memberikan efek spesial hingga setengah jam permainan ke
depan. Kehadiran semua resource ini akan membuat pertempuran melawan
para monster menjadi lebih mudah, sekaligus memastikan kesempatan Anda
bertahan hidup jauh lebih tinggi.

Selain
senjata yang ia gunakan, Geralt juga dipersenjatai dengan kekuatan
“magis” bernama Signs dengan beragam efek. Seperti Igni yang mampu
menyemburkan api dan menghancurkan armor musuh.

Atau
Quen yang bersifat defensif – sebuah Signs armor yang tidak hanya
melindungi, namun bisa mengkonversi damage menjadi healing di level
lebih tinggi.

Hingga
Signs yang paling unik – Axii. Ia tidak hanya bisa digunakan di
pertempuran untuk menghasilkan efek stun, tapi juga untuk membuka opsi
tertentu ketika terlibat dalam percakapan. Anda bisa menyimpulkannya
sebagai “Jedi Mind Trick” versi Geralt.
Ketika bertarung, lapisan strategi ini kian kompleks dengan
kesempatan Anda untuk mengakses 5 variasi magic yang bisa digunakan oleh
Geralt selama bar stamina yang ia miliki penuh. Kekuatan yang disebut
dengan Sign ini akan menghasilkan efek yang berbeda-beda, defensif
maupun ofensif. Anda bisa menggunakan Aard yang meluncur sebagai
kekuatan telekinesis untuk mendorong musuh jatuh atau menjauhi posisi
Anda, ada Igni dengan semburan api panas yang mampu mengurangi armor,
Ydern yang berbentuk perangkap magic, Quen yang berfungsi sebagai
pelindung, dan Axii yang mampu memanipulasi pikiran dan menghasilkan
efek stun untuk beberapa saat. Di luar persiapan awal, menggunakan Sign
yang tepat juga akan memberikan jaminan kemenangan yang lebih pasti,
apalagi mengingat beragam variasi musuh, manusia, binatang, ataupun
monster, biasanya memiliki kelemahan tersendiri terhadap salah satu dari
lima Sign yang ada. Membaca Bestiary menjadi hal yang esensial.
Sisanya? Anda akan bertemu dengan konsep game RPG pada umumnya. Ada
begitu banyak sidequest kecil yang tersedia di sepanjang perjalanan,
menjanjikan item dan equipment lebih kuat untuk digunakan Geralt. Anda
juga bisa mengumpulkan serangkaian bahan Alchemy dari toko atau alam
liar untuk “memasak” potion yang lebih efektif, atau mengumpulkan
material yang lebih langka untuk meminta Blacksmith meracik equipment
yang lebih mumpuni. Semuanya didasarkan pada resep yang bisa Anda
temukan di banyak tempat tersembunyi. Jumlah quest yang disuntikkan CD
Projekt di sini tidak bisa dipandang sebelah mata, pastinya dan cukup
untuk membuat Anda sibuk selama beratus-ratus jam ke depan. Namun ia
mengusung daya tarik berbeda yang akan kita bahas di sesi selanjutnya.

Map
luas dengan segudang side quest menunggu Anda, tidak hanya membuka
kesempatan memanen exp tetapi juga mencari equipment lebih kuat.

Anda
juga bisa berburu recipe untuk meracik potion dan membuka kesempatan
untuk menciptakan armor atau senjata lebih kuat di blacksmith.

Recipe for Witcher Gear? Yes, please!
Semuanya akhirnya mengakar pada satu reward penting yang sama,
experience points. Kenaikan level bukanlah sesuatu yang mudah Anda capai
di The Witcher 3, sesuatu yang membutuhkan perjuangan yang lama untuk
meningkatkan status Geralt, sekecil apapun. Setiap quest utama, side
quest, dan monster yang Anda bunuh akan meninggalkan experience points
yang akan bermuara pada level, selayaknya game RPG pada umumnya. Di
sinilah The Witcher 3 kian menarik. Kenaikan level akan memberikan
Geralt ekstra 1 Ability Points untuk didistribusikan pada kategori pohon
skill yang ada, dari yangn berfokus pada Attack, Signs, Potions, atau
“Umum”, dalam pengertian memberikan efek menyeluruh pada Geralt itu
sendiri. Anda bisa mendistribusikan Ability Point ini sesuai dengan gaya
permainan yang Anda usung. Selain level, Ability Point juga bisa
didapatkan dari Place of Power yang bisa Anda cari di keseluruhan dunia
The Witcher 3.
Memilih skill memang lebih dititikberatkan pada gaya bermain Anda,
namun ada juga pertimbangan lain yang akan memberikan pengaruh
signifikan. Di cerita, The Witcher adalah para pemburu monster dengan
kekuatan melebihi manusia biasa. Salah satu alasan di balik kekuatan
tersebut? Lewat sebuah ritual inisiasi, mereka disuntikkan dengan
beragam zat yang disebut sebagai mutagen. Tidak hanya di cerita, mutagen
memainkan peranan penting untuk membangun kemampuan bertarung Geralt.
Dipisahkan dalam tiga warna seperti halnya skill, mutagen akan
menambahkan status kekuatan Geralt dari sisi Attack, Sign, atau Vitality
bergantung pada variasi skill yang dilekatkan padanya di setiap slot
yang ada. Slot akan terbuka ketika Anda berhasil mencapai tingkat level
tertentu.

Kenaikan
level akan membuka Ability Points yang bisa didistribusikan ke pohon
skill yang terbagi atas beragam kategori. Untuk memperkuat efeknya? Anda
bisa menggunakan mutagen dengan warna yang sama.

Tidak
hanya kenaikan level, Ability Points juga bisa didapatkan dengan
“memanen” Place of Power yang tersebar di seluruh penjuru dunia.
Kami sendiri sangat merekomendasikan Anda untuk bermain di tingkat
kesulitan tertinggi atau setidaknya dua tertinggi (Blood and Broken
Bones!) untuk mendapatkan sensasi The Witcher 3 yang lebih optimal. Di
tingkat kesulitan ini, strategi memainkan peranan penting di setiap
pertempuran yang Anda jalani, sebagaimana mestinya sebuah game The
Witcher seharusnya dinikmati. Pedang tidak lagi sepenting persiapan diri
dan strategi, itu yang dipastikan.

Untuk
mendapatkan sensasi The Witcher yang sebenarnya, kami sendiri
merekomendasikan Anda untuk memainkannya di setidaknya, dua tingkat
kesulitan tertinggi.

Tidak
hanya sekedar membuatnya lebih sulit, ia membuka mekanik pengelolaan
resource yang lebih kompleks. Anda juga dituntut untuk merencanakan
matang aksi layaknya seorang pemburu monster yang sebenarnya.
Selain musuh yang lebih alot dan damage yang lebih tinggi, dua
tingkat kesulitan tertinggi ini juga memuat mekanisme lain yang
membuatnya lebih kompleks. Jika di tingkat kesulitan normal, Anda selalu
bisa mengandalkan fungsi Meditation untuk melewatkan waktu dan
memulihkan HP hingga penuh kembali setiap kali bertarung. Sementara di
tingkat kesulitan di atas normal, ia tidak lagi bekerja demikian. Tidak
ada lagi yang namanya penyembuhan instan lewat Meditation, semuanya
hanya mengandalkan item yang Anda miliki dari potion hingga makanan.
Sebagai gantinya, tiap kali Anda melakukan Meditation, semua slot potion
yang terpakai akan terpenuhi kembali selama Anda memiliki item terpisah
bernama Alcohest. Mekanisme seperti ini akan membuat Anda bermain lebih
hati-hati, atau setidaknya memilih alternatif skill build yang bisa
mencegah berkurangnya HP dengan cepat. Walaupun harus diakui, Alcohest
bukanlah item yang sulit untuk didapat.
Secara garis besar, The Witcher 3 memang tampil memesona sebagai game
RPG, dan itupun berangkat dari pembicaraan sekedar dari sisi visual,
dunia, dan gameplay. Anda sudah jatuh hati? Bersiaplah, karena ia masih
menawarkan banyak daya tarik lain yang akan membuat Anda terpukau,
seperti halnya yang terjadi pada kami.
Penanganan Side-Quest yang Fantastis!

Acungan dua jempol untuk cara CD Projekt menangani side-quest untuk The Witcher 3.
Acungan dua jempol, empat jempol, atau berapapun jempol yang bisa
Anda temui untuk cara kerja side-quest yang diracikan CD Projekt Red di
The Witcher 3 ini. Sebagai sebuah game open-world, Anda memang masih
disibukkan dengan banyak quest kecil yang dengan bebas, bisa Anda pilih
untuk dijalankan atau tidak. Ada serangkaian ikon tanda tanya yang
berisikan quest kecil apa saja, dari sekedar membasmi monster, Place of
Power untuk Ability Points, hingga membebaskan lahan dari para bandit.
Semuanya bisa berujung pada experience yang berharga dan equipment yang
menggoda untuk digunakan. Anda tinggal membuka Map dan langsung bisa
melihat semua hal yang ditawarkan tersebut, tinggal mencari jalan untuk
tiba di setiap lambang tanda tanya yang terlihat jelas di sana.

Beberapa quest ini bisa Anda temukan lewat Notice Board yang tersebar.

Termasuk
Contracts – misi yang meminta Anda untuk mencari, menginvestigasi, dan
memburu monster-monster level tinggi yang mengancam keamanan kota / desa
sekitar.
Selain quest-quest ini, Anda juga akan menemukan jajaran Notice Board
di beragam desa. Seperti layaknya pengumuman di desa, Notice Board
berisikan jajaran quest tambahan dan Contracts – yang berarti permintaan
kepada Anda untuk membasmi monster di sekitar daerah mereka. Contracts
adalah salah satu side quest The Witcher 3 yang paling menarik, karena
ia memuat tantangan yang mendefinisikan peran dan pekerjaan seorang
Witcher itu sendiri. Seperti layaknya seorang detektif di abad
pertengahan, ia biasa memuat sekuens yang akan meminta Anda untuk
memulai proses investigasi terlebih dahulu, mencari bukti, dan akhirnya
menghabisi para monster yang punya karakteristik dan kekuatan yang tidak
bisa dipandang sebelah mata ini. Apalagi ia memuat reward yang juga
tidak kalah menarik.
Lantas, apa yang membuat side quest di The Witcher 3 begitu istimewa?
Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah penanganan yang fantastis?
Bukankah side-quest sudah menjadi bagian yang melekat pada game RPG itu
sendiri? Anda akan menemukan sesuatu yang berbeda di The Witcher 3.
Pertama, ia benar-benar dibangun dengan niat. Ini berarti setiap
side-quest yang muncul bukanlah sekedar barisan teks dari NPC yang
berujung pada pencarian item atau membunuh beberapa musuh begitu saja.
Ia dibangun dengan cerita sama menariknya dengan quest utama – lengkap
dengan pengenalan, klimaks, bahkan plot twist yang mengagumkan, sesuatu
yang tidak bisa Anda predikis. Ia dibangun di atas voice acts yang
terdengar begitu hidup, dengan pilihan-pilihan yang seringkali mengetuk
nurani Anda sendiri. Jika bisa disimpulkan dengan sederhana, setiap
side-quest ini dibangun dengan “sangat niat”.

Apa
yang membuat ia istimewa? Adalah fakta bahwa setiap sidequest ini
dibangun dengan serius dan niat, lengkap dengan konflik, klimaks, hingga
plot twistnya sendiri. Setiap darinya berakhir menjadi cerita tambahan
yang menarik untuk diikuti.

Apalagi ia sering berujung pada pilihan yang mengetuk pertimbangan moral Anda sendiri.
Kami akan memberikan contoh untuk membantu Anda mendapatkan sedikit
gambaran. Di sebuah desa kecil di Skellige, kami mendapatkan rekues dari
seorang pria yang sudah mulai panik karena sakit anaknya tak kunjung
sembuh. Ia sudah melakukan banyak hal, menghabiskan harta, mencari Druid
terkuat, namun tidak ada yang mengerti apa yang terjadi. Yang ia tahu
hanyalah sebuah totem kutukan dibuat oleh seseorang di depan rumahnya
dan tidak bisa dicabut, terindikasi sebagai sumber utama penyakit
anaknya yang kian melemah. Hanya Anda seorang Witcher yang bisa
menolong. Melakukan proses investigasi, quest ini ternyata menetapkan
Herbalist di desa terdekat sebagai tersangka utama. Wanita cantik ini
sama sekali tidak membantah bahwa dirinya lah yang menaruh kutukan
tersebut di sana. Ia mengaku bahwa semua hal ini ia lakukan untuk
membalas dendam, karena sang pria telah menidurinya, hidup bersama
bertahun-tahun, dan meninggalkannya begitu saja demi wanita lain dan
berkeluarga. The Witcher punya dua opsi untuk menghapus kutukan
tersebut: ia bisa membunuh sang Herbalist, atau meminta sang pria
kembali ke Herbalist dan meninggalkan keluarganya. Layak kah wanita ini
dibunuh? Keputusan tersebut kembali kepada Anda.
Anda sekarang tampaknya sudah punya gambaran seperti apa desain
setiap side-quest di The Witcher 3: Wild Hunt ini. Ini hanya satu,
bayangkan cerita seperit apa yang bisa Anda raup dari luasnya dunia game
ini. Apalagi, untuk setiap main-quest yang muncul sebagai motor
penggerak progress cerita, selalu ada side-quest tambahan yang sama
pentingnya, untuk memperdalam setiap konflik dan cerita yang muncul. Ia
memang bersifat “sampingan”, namun memiliki konten cerita yang bisa
disejajarkan dengan sang cerita utama. Selalu menarik untuk melihat
bagaimana beragam event sama besarnya ini terjadi dan kemudian
melahirkan benang merah yang sama. Apalagi, pilihan pilihan yang Anda
lakukan di side-quest ini bisa jadi berkontribusi pada titik cerita
main-quest tertentu.

Jika
ada lelucon di dunia maya yang menyebut bahwa konten cerita sampingan
di The Witcher 3 lebih banyak dan berbobot daripada cerita utama
Destiny, itu adalah fakta.
Bagian terbaiknya? CD Projekt Red berhasil membuat kedua quest ini
mengalir bak satu cerita utama. Kami beri contoh untuk memberikan Anda
gambaran lebih jelas. Sebagai salah satu gamer yang lebih senang
mengeksplorasi banyak tempat dan quest sebelum beranjak ke cerita utama,
kami akhirnya tiba di salah satu desa di Skellige juga. Desa ini terus
terancam oleh kehadiran Werewolf yang tinggal di Freya’s Garden. Konon
katanya, berbeda dengan manusia serigala pada umumnya, Werewolf yang
dikutuk oleh dewa ini tidak pernah bisa mati. Ia terus hidup, kembali,
dan justru membunuh Witcher yang berusaha memburunya. Kami tentu tidak
tinggal diam. Jiwa petualag kami langsung mengiyakan, dan kami pun
terlibat dalam aksi berburu Werewolf tersebut. Werewolf tersebut mati,
dan kami mendapatkan ekstra reward dari penduduk desa sekitar.
Bingung hendak melakukan apa lagi, kami pun kembali melanjutkan
cerita dengan harapan untuk mendapatkan side quest yang lain. Namun apa
yang kami temui? Si Werewolf ini ternyata merupakan bagian dari cerita
utama! Benar sekali, kami membasmi sesuatu yang seharusnya baru muncul
di cerita utama. Sebagian besar game RPG mungkin akan menangani masalah
seperti ini dengan “pura-pura” melihat bahwa event ini tidak terjadi,
yang biasanya dilakukan dengan tidak sama sekali menyebut atau
mengaitkan keduanya.

Yang
membuatnya semakin fantastis adalah keberhasilan CD Projekt untuk
mengantisipasi beragam konsekuensi yang mungkin muncul dari konsep open
world yang mereka tawarkan. Mereka berhasil membuat aksi apapun yang
Anda lakukan, tetap menghasilkan sebuah cerita yang mengalir dan terasa
berkesinambungan.

Momen Yennefer dan Geralt di Freya’s Garden hanyalah satu dari begitu banyak momen serupa yang membuat kami takjub.
Namun, tidak dengan The Witcher 3. Mereka sudah mempersiapkan respon
unik tersendiri jika sampai kejadian ini terjadi. Ketika pembicaraan
soal Werewolf ini muncul, Geralt tiba-tiba memotong pembicaraan dan
menyebut bahwa “Gua udah bunuh itu Werewolf!”, yang kemudian diikuti
dengan percakapan dari NPC dan Yennefer yang memberikan respon yang
terasa mengalir, memuji inisiatif dan aksi kita. Ajaibnya lagi? Ketika
percakapan dengan NPC ini selesai dan Anda berpetualang dengan Yennefer
kembali secara aktif, ia tiba-tiba menyelutuk, “Kenapa enggak pernah
ngasih tahu kalau lu udah bunuh Werewolf-nya?”, dijawab Geralt, “Gua gak
mau bawa masalah kerjaan ke rumah,”. Bagi kami, ini adalah momen yang
benar-benar hidup dan menakjubkan di saat yang sama. Ini berarti CD
Projekt memuat banyak respon untuk memfasilitasi serangkaian skenario
yang bisa terjadi, jika gamer memilih untuk membunuh si werewolf lebih
cepat (seperti kami) atau menunggunya. Banyak momen seperti ini terjadi
di sepanjang permainan! Fantastis, sebuah desain yang harus diikuti oleh
banyak developer game yang lain, terutama mereka membuka jalan bagi
gamer untuk menentukan sendiri alur gameplay yang mereka inginkan.
Setiap side-quest dibangun dengan niat, lengkap dengan plot, voice
acts, dan bahkan plot twist yang membuatnya semua menarik. Setiap
side-quest terlihat mengalir bersama dengan main-quest dan ditangani
dengan baik lewat sistem percakapan yang fantastis. Fakta bahwa CD
Projekt memikirkan matang skenario seperti apa saja yang bisa terjadi
membuat game ini dari luar biasa, menjadi semakin luar biasa.
Kedekatan Emosional

Jujur
saja, banyak dari kita, termasuk kami, melihat bagian Romance dari game
action RPG seperti Dragon Age atau Mass Effect berujung pada motif
untuk melihat sang karakter wanita tampil tanpa busana. Tapi tidak di
The Witcher 3. Anda seolah bisa merasakan romansa yang ada.
Akui saja, seperti yang sering kami lakukan, bahwa hampir sebagian
besar opsi Romance yang ditawarkan oleh game-game action RPG pada
umumnya selalu berujung sekedar pada usaha untuk melihat
karakter-karakter wanita yang terlibat di dalamnya telanjang dada.
Konten ketelanjangan tersebut selalu menjadi motivasi paling utama dan
tidak terbantahkan, mau Anda akui atau tidak. Hal inilah yang mendasari
banyak pilihan gamer di game-game racikan Bioware seperti Dragon Age
atau Mass Effect. Namun yang benar-benar memberikan kedekatan emosional
yang kuat? Kami baru pertama kali merasakannya di The Witcher 3.

Ini
mungkin menjadi game action RPG pertama yang membuat kami mengembangkan
kedekatan emosional pada hubungan Geralt dan Yennefer, yang kebetulan
menjadi fokus kami. Nada bicara, pertukaran pembicaraan, rasa cemburu,
pertengkaran, semuanya membuat ilusi cinta keduanya benar-benar hidup.

Sebuah kisah cinta, yang anehnya seolah membuat Anda sendiri menyemangati mereka. Berharap akan sebuah akhir yang bahagia.
Sebagai pembuka, semua karakter utama wanita di The Witcher 3
dibangun dengan cantik, dengan proporsi tubuh jempolan dan paras yang
memesona. Ia mungkin jadi daya tarik di awal setiap kali Anda
melihatnya, namun Romance di dalam The Witcher 3 ternyata berujung
menjadi sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang bisa membuat hati Anda
terketuk, bahkan untuk seperti kami, yang tidak pernah tahu jelas latar
belakang ceritanya di The Witcher dan The Witcher 2. Kami sendiri
memilih Yennefer karena percaya dengan konsep cinta yang selalu membuat
Geralt kembali ke sisinya, dan begitu juga sebaliknya. Alih-alih
terlibat dalam pembicaraan tanpa makna yang hampa dan sekedar Anda picu
untuk beralih ke sex scene, interaksi antara Geralt dan Yennefer adalah
salah satu hubungan romansa terbaik yang pernah kami dapatkan di video
game. Anda bisa melihat jelas bahwa keduanya berbagi masa lalu yang
indah dan kompleks, lewat nada bicara, lelucon seks, pembicaraan garing,
rasa perhatian yang sama akan nasib Ciri, hingga bagaimana ketika
mereka berdebat untuk hal-hal kecil maupun penting. Hingga pada batas
dimana mereka sendiri ragu bahwa mereka benar-benar saling mencintai dan
lebih karena “keharusan” untuk terus hidup bersama. Setiap romansa ini
punya ceritanya sendiri, daya tarik, konflik, dan klimaks yang akan
memerangkap Anda dalam pusarannya. Itu pasti.

Hal sama yang membuat kami “takut” bermain mata dengan Triss.

Bahkan cukup untuk membuat Anda merasa canggung ketika melihat Triss dan Yennefer berada di ruangan yang sama.
Tertarik pada paras dan kepribadian Yennefer yang dingin namun penuh
kepulian, kami terdorong untuk tidak memilih Triss, walaupun kami yakin
banyak dari Anda yang mengambil keputusan yang bertolak belakang. Begiu
kuatnya pilihan ini, hingga kami memilih untuk membiarkan Triss pergi
hanya karena dasar “moral” tidak ingin mengkhianati Yennefer. Ada
keterikatan aneh yang terbangun dengan karakter-karakter digital ini.
Hebatnya lagi? Anda selalu merasakan ketegangan cinta segitiga yang
terjadi di antara mereka, dan merasa aura yang canggung ketika Yennefer
dan Triss di ruangan yang sama dengan Geralt, mengingat ia pernah
meniduri keduanya walaupun dengan alasan yang berbeda. Konflik ini
diperkuat dengan kejadian-kejadian lucu yang membuat segala sesuatunya
lebih hidup.
Sebagai contoh? Ketika Yennefer akhirnya kembali ke “rumah lama”
mereka – Kaer Morhen, tempat ia dan Geralt pernah tinggal untuk
membesarkan Ciri. Sangat frustrasi karena salah satu item pentingnya
tidak bekerja, Anda mendapatkan informasi dari guru Anda – Vesemir bahwa
Yennefer baru saja melempar ranjang keluar dari balkon dan
memecahkannya. Pilihan yang aneh tentu saja, mengingat Geralt mengaku
ranjang tersebut sangat nyaman. Ketika Anda mengkonfrontasi hal ini
dengan Yennefer? Jawabannya sudah cukup untuk membuat Anda bungkam, “Aku
tidak senang tidur di atas kasur dengan banyak rambut merah,” yang
mengarah pada masa lalu Geralt dan Triss. Pernah melihat karakter game
yang bisa secemburu, sehidup, dan melemparkan respon setepat aksi
Yennefer? Sejauh ini kami belum.

Jika
ada satu game action RPG yang membuat kami benar-benar peduli pada
karakter wanita yang ada, menimbang setiap opsi yang muncul darinya, dan
tidak memperlakukan mereka “sekedar” sebagai objek seks, The Witcher 3
melakukan hal tersebut dengan sangat baik.
Jika ada satu game action RPG yang membuat kami benar-benar peduli
pada karakter wanita yang ada, menimbang setiap opsi yang muncul
darinya, dan tidak memperlakukan mereka “sekedar” sebagai objek seks,
The Witcher 3 melakukan hal tersebut dengan sangat baik. Ini benar-benar
soal romansa, hubungan cinta, dan bukan lagi sekedar hendak melihat
mereka tanpa busana.

Berbeda
dengan game RPG sejenis yang memberikan hint jelas soal bagaimana cara
mendapatkan satu ending dari beragam ending yang ditawarkan, The Witcher
3 menyusupkannya dalam beragam momen yang tidak akan pernah bisa Anda
prediksi sebelumnya.
Seperti layaknya sebuah game open-world action RPG Barat pada umumnya
yang membuka ruang bagi gamer untuk menentukan responnya sendiri dan
menghadapi konsekuensi cerita yang ada, The Witcher 3 juga melakukan hal
yang sama. Beragam momen di dalam main-quest atau side-quest memancing
Anda untuk harus melemparkan satu dari begitu banyak pilihan respon yang
ada, yang tentu saja, mengarah pada konsekuensi unik yang berbeda satu
sama lain. Sederhana bukan? Sangat. Untuk yang familiar dengan konsep
seperti ini, tidak pernah ada konsekuensi “fatal” yang bisa terjadi di
tengah permainan. Biasanya, hanya pilihan-pilihan di akhir permainan
yang akan menentukan akhir cerita seperti apa yang Anda dapatkan jika ia
memuat multiple endings sebagai salah satu nilai jual utama. Namun Anda
berharap hal ini juga terjadi di The Witcher 3? Bukan, The Witcher 3
bukanlah game RPG yang selama ini Anda kenal.
Hampir sebagian besar game action RPG dengan multiple endings selalu
berakhir dengan konsep seperti ini. Pilihan di tengah cerita hanyalah
sekedar pemanis saja, sementara pilihan paling krusial biasanya termuat
dalam sekuens-sekuens ending, seperti menjawab sebuah persoalan pilihan
ganda. Bagian terburuknya? Bisa jadi semua pilihan ini berakhir sekedar
sebagai ilusi bahwa Anda yang menentukan nasib akhir, namun nyatanya,
cerita ini berakhir linear – satu arah, terlepas dari apapun pilihan
Anda. Namun CD Projekt berusaha menawarkan sesuatu yang berbeda. Sesuatu
yang membuat waktu hampir 200 jam permainan kami berakhir menjadi
sebuah “Bad Ending”. Benci dengan spoiler dan berusaha menghindarinya
selama mencicipi The Witcher 3 ini, membaca walkthrough di dunia maya
benar-benar membuat kami terkejut.

The
Witcher 3 sendiri menawarkan 3 ending utama, dengan banyak variasi
mengikuti progress Anda dengan karakter-karakter lain. Sementara ending
utama akan berfokus pada interaksi dengan Ciri.

“Sekabur”
apa? Cukup untuk membuat waktu 200 jam kami yang sudah dihabiskan untuk
menyelesaikan hampir semua quest dan contracts berujung pada bad
ending.
Alih-alih terjebak dengan konsep game action RPG pada umumnya yang
memadatkan semua ilusi pilihan tersebut di akhir permainan, The Witcher 3
menyebarkannya di sepanjang permainan dengan Ciri sebagai fokus utama.
Respon yang Anda pilih untuk aksi dan permintaan yang ia lontarkan akan
menentukan ending seperti apa yang Anda dapatkan. The Witcher 3 sendiri
menyediakan tiga ending utama, dengan lebih dari 30 variasi
mengikutinya. Ini berarti, akan ada tiga ending untuk cerita utama,
sementara ending lainya menjadi konklusi dari karakter pendukung yang
juga ikut memainkan perang yang krusial.

Namun hal inilah yang membuat The Witcher 3 itu sendiri, terasa “nikmat”.
Menariknya lagi? Ia terasa sangat tidak signifikan dan tidak pernah
Anda prediksi sebelumnya akan berpengaruh pada hasil akhir game. Semua
momen yang menentukan ending tersebut mengakar pada banyak hal
remeh-temeh yang mungkin Anda “sekedar” pilih dan anggap lalu. Benar
sekali, bahkan pada opsi “sekecil” memilih antara minum bersama atau
bermain salju di luar bisa menentukan. Sekecil dan sekabur itu. Agak
sedikit terasa curang memang bahwa di akhir Anda harus bertemu dengan
akhir yang tidak Anda inginkan, namun apa yang dilakukan CD Projekt ini
seperti menampar Anda di wajah tentang konsep role-playing yang
sesungguhnya. Bahwa Anda di sini berperan sebagai Geralt yang mau tidak
mau, harus berhadapan dengan konsekuensi dari perjalanan yang ia hadapi.
Bahwa mustahil bagi Geralt sendiri untuk melihat masa depan dan
mempersiapkan diri.
Musik yang Memanjakan Telinga

BRAVO untuk musik yang ditawarkan CD Projekt di The Witcher 3!
The Witcher 3 adalah sebuah game yang nyaris tanpa cacat, ini mungkin
kesan yang Anda dapatkan ketika mulai menjajal game ini. Anda jatuh
hati di beberapa jam pertama, tidak bisa lepas di belasan jam kemudian,
dan mulai terserap pada kisah perjalanan Geralt di seratus jam
berikutnya. Bukan perkara mudah memang untuk memastikan gamer tidak
bosan dengan dunia yang ditawarkan oleh CD Projekt Red. Dari sisi desain
dunia, atmosfer, dan gameplay, mereka sudah melakukan tugas yang sangat
baik. Namun tidak berhenti di sana, mereka melakukan pencapaian yang
bahkan lebih luar biasa. Menyuntikkan musik yang akan membuat telinga
Anda termanjakan, tanpa sedikit pun merasa bosan.
Mengacu pada musik folk di daerah Skandinavia, The Witcher 3 terasa
seperti sebuah mahakarya yang berhasil melebur semua elemen tersebut
dengan sangat sempura. Pertempuran terasa jauh lebih epik dengan setiap
musik yang mengalun di belakangnya. Hebatnya lagi, mereka juga
menyertakan sebuah CD Soundtrack orisinil berisikan 31 track dari dalam
game di dalam paket penjualan untuk Anda yang membeli versi fisiknya.
Pertempuran melawan para serigala dan drowner terasa seperti sebuah
pertarungan yang menentukan nasib dunia ketika musik seperti “Silver for
Monsters” mengalun di belakang, seperti menyemangati Anda untuk terus
mengayunkan pedang tanpa ampun. Atau bulu kuduk Anda yang merinding
ketika “Eyes of the Wolf” mengalun bak ucapan mantra, atau “Cloak and
Dagger” yang menghanyutkan.
Tidak hanya soundtrack yang mengalun di belakang, The Witcher 3 juga
menyuntikkan sebuah lagu yang siap menyayat hati Anda – “Wolven Storm”
atau yang lebih dikenal sebagai Priscilla’s Song – seorang Bard manis
yang akan Anda temui di jalan cerita utama. Alunan lirik bak puisi ini
menceritakan kisah cinta the “Wolf” atau Geralt of Rivia dan Yennefer
yang selalu hadir dengan parfum khasnya – beraroma lilac dan
gooseberry. Kisah keduanya yang terpisah cukup lama namun terus
menginginkan satu sama lain, memperkuat aroma romansa antara keduanya.
Kerennya lagi? Lagu ini tidak hanya tersedia dalam bahasa Inggris.
Tergantung pada bahasa utama yang Anda pilih, Priscilla akan menyanyikan
lagu ini dalam bahasa yang berbeda. Luar biasa!
Kesimpulan

The
Witcher 3: Wild Hunt tidak diragukan lagi, adalah kandidat terkuat
untuk game terbaik di tahun 2015 ini. Ia menetapkan sebuah standar
tinggi untuk genre RPG, sebuah epitome bagaimana seharusnya game action
RPG berbasis open-world diracik. Semua elemen terintegrasi dengan nyaris
sempurna, mendukung satu sama lain, memastikan bahwa Anda siap
menghabiskan waktu ratusan jam untuk menikmati kisah Geralt yang luar
biasa. Apakah Anda harus memainkan game ini? Kami sangat
merekomendasikannya, terlepas dari fakta apakah Anda termasuk penggemar
RPG atau tidak, ataukah Anda sempat mencicipi The Witcher sebelumnya
atau tidak. The Witcher 3: Wild Hunt merepresentasikan kualitas sebuah
game yang benar-benar dibangun dengan keseriusan dan dedikasi tinggi.
Seperti sebuah surat cinta yang sudah lama Anda tunggu tiba di tangan
Anda.
Jadi, apa yang bisa disimpulkan dari The Witcher 3: Wild Hunt?
Menyebutnya sebagai pengalaman game RPG tanpa banding saat ini,
tampaknya tidak berlebihan. Ia memenuhi hampir semua hype dan harapan
yang dimiliki gamer untuknya, dari dunia, gameplay, kekuatan cerita,
pilihan, desain monster, hingga musik. Ia menawarkan salah satu
pengalaman RPG terbaik yang pernah kami cicipi selama ini, dengan bukti
ratusan jam gameplay sebagai bukti yang paling nyata. Ada banyak pilihan
desain yang membuat kami mengangkat topi, terutama dari keseriusan
mereka membangun setiap side-quest yang ada, membuatnya mengalir dengan
main quest yang ditawarkan, serta konsep pilihan dan konsekuensinya pada
ending yang tidak pernah diprediksi sebelumnya. Ia akan memerangkap
Anda pada dunia fantasinya yang luar biasa.
The Witcher 3 memang game yang terhitung nyaris sempurna dan tanpa
cacat, walaupun demikian ada beberapa hal yang kami sayangkan di sini.
Salah satu yang paling mengecewakan adalah performanya di versi konsol,
seperti yang kami jajal di Playstation 4. Belum mendapatkan patch hingga
review ini ditulis, ia terus mengalami penurunan framerate yang cukup
signifikan apalagi ketika cuaca badai menerjang atau masuk ke dalam
cut-scene tertentu. Bug quest yang tidak memberikan exp serta glitch
yang membuat kami jatuh ke dalam ruang hampa tanpa alasan yang jelas
juga sangat disayangkan. Walaupun demikian, semua kekurangan ini menjadi
sesuatu yang bisa ditoleransi mengingat konsep open world yang ia
usung.
The Witcher 3: Wild Hunt tidak diragukan lagi, adalah kandidat
terkuat untuk game terbaik di tahun 2015 ini. Ia menetapkan sebuah
standar tinggi untuk genre RPG, sebuah epitome bagaimana seharusnya
game action RPG berbasis open-world diracik. Semua elemen terintegrasi
dengan nyaris sempurna, mendukung satu sama lain, memastikan bahwa Anda
siap menghabiskan waktu ratusan jam untuk menikmati kisah Geralt yang
luar biasa. Apakah Anda harus memainkan game ini? Kami sangat
merekomendasikannya, terlepas dari fakta apakah Anda termasuk penggemar
RPG atau tidak, ataukah Anda sempat mencicipi The Witcher sebelumnya
atau tidak. The Witcher 3: Wild Hunt merepresentasikan kualitas sebuah
game yang benar-benar dibangun dengan keseriusan dan dedikasi tinggi.
Seperti sebuah surat cinta yang sudah lama Anda tunggu tiba di tangan
Anda.
Kelebihan

Yen is love! Yen is life!
- Tingkat kesulitan yang menantang
- Gameplay yang butuh strategi dan persiapan
- Yennefer!
- Kisah cinta yang cukup membuat Anda membangun kedekatan emosional
- Side-quest yang dibangun dengan sangat niat
- Cerita yang sangat menarik
- Voice acts jempolan yang membuat karakter-karakter ini hidup
- Tema dewasa yang tidak setengah-setengah
- Desain karakter dan monster yang keren
- Musik yang menggugah
Kekurangan

Versi PS4 yang kami jajal masih dipenuhi dengan beragam masalah teknis.
- Beberapa bug dan glitch (versi Playstation 4)
Cocok untuk gamer: pencinta RPG open world, yang memimpikan sebuah game yang hampir sempurna di semua elemen
Tidak cocok untuk gamer: yang belum cukup umur, yang tidak senang dengan game yang kompleks
sumber :
http://jagatplay.com/2015/05/playstation3/review-the-witcher-3-pengalaman-rpg-tanpa-banding/
Mantab, keren keren
BalasHapus